Lailatul Qadar adalah waktu terbaik sepanjang tahun. Jangan sampai terlewatkan waktu dan keutamaannya.
📋 ARTI DAN WAKTU LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar (لَيْلَةُ الْقَدْرِ) artinya adalah malam kemuliaan. Dinamai sebagai malam kemuliaan karena dahulu pada malam itu: Kitab yang mulia (Quran) diturunkan (diturunkan sekaligus ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia sebelum diturunkan berangsur selama 23 tahun), untuk diturunkan dengan perantara malaikat yang mulia (Jibril), kepada rasul yang mulia (Nabi Muhammad ﷺ), untuk disampaikan kepada umat yang mulia.
Ada 46 pendapat tentang waktu Lailatul Qadar ini, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa ia ada di antara malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan (10 terakhir di malam ganjil).
Pendapat yang kami anggap kuat -mengikuti al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani dan ulama lainnya- adalah bahwa Lailatul Qadar berganti-ganti tanggal tiap tahun, tetapi tidak keluar dari kemungkinan malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan. Bisa jadi tahun ini ia ada di malam ke-25 Ramadan tetapi tahun depan ada di malam ke-21. Ini adalah hasil jamak antara berbagai riwayat shahih:
– Riwayat-riwayat shahih yang memerintahkan untuk mencari Lailatul Qadar di 10 malam terakhir Ramadan secara umum, dan mencarinya di 10 terakhir malam ganjil secara khusus
– Riwayat-riwayat shahih yang menunjukkan Lailatul Qadar pernah terjadi di malam ke-21, 27, dan 29 Ramadan (dari tahun ke tahun); dan yang menunjukkan ia pernah terjadi di malam ke-23 Ramadan.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📋 B. KEUTAMAAN LAILATUL QADAR
Di antara keutamaan Lailatul Qadar adalah setiap amal yang dilaksanakan di malam itu diberi pahala lebih besar daripada amal yang sama dilakukan lebih dari seribu bulan atau 83,3 tahun (83 tahun 4 bulan).
Allah berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan” (Surat al Qadar: 3).
Imam Thabari menjelaskan: “Sebuah amalan ketika Lailatul Qadar lebih baik daripada amal seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya”.
Imam Sa’id ibnul Musayyib memberi contoh: “Orang yang melaksanakan salat Isya dengan berjamaah pada Lailatul Qadar, sungguh dia telah mengambil bagiannya dari Lailatul Qadar”.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📚 Referensi:
– Fatḥ al Bârî bi Syarḥ Shaḥîḥ al Bukhâriyy karya al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani -cet. Dar Thaibah- V/463-469
– Jâmi’ al Bayân li Ta`wîl Âyy al Qur`ân karya Imam Thabari XXVI/547
– Mâdzâ Ta’rif ‘an Laylah al Qadr karya Syaikh Nida Abu Ahmad hal. 4-5 dan 17-20.
Share agar kamu dapat pahala jariyah
[Tulisan ini pertama kali diposting di grup WA, R190946190325].
