Home HaditsPenjelasan Hadits Penjelasan Umdatul Ahkam (Hadits Ke-25): Madzi dan Thaharah

Penjelasan Umdatul Ahkam (Hadits Ke-25): Madzi dan Thaharah

by Ustadz Ivana

-Dari 1. Kitab Thaharah, 4. Bab Tentang Madzi dan Lainnya-

1. كِتَابُ الطَّهَارَةِ – 4. بَابٌ فِي الْمَذْيِ وَغَيْرِهِ

A. Redaksi Hadits:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ: كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَاسْتَحْيَيْتُ أَنْ أَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ مِنِّي فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ

وَلِلْبُخَارِيِّ: اغْسِلْ ذَكَرَكَ وَتَوَضَّأْ. وَلِمُسْلِمٍ: تَوَضَّأْ وَانْضَحْ فَرْجَكَ

1/25. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

“Aku adalah orang yang banyak mengeluarkan madzi, maka aku malu bertanya kepada Rasulullah ﷺ karena kedudukan putri beliau. Maka aku meminta Miqdad bin Aswad agar menanyakan kepada beliau.

Beliau bersabda: ‘Hendaklah mencuci kemaluannya dan berwudu’” (HSR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat Bukhari yang lain: “Cucilah kemaluanmu dan berwudulah”. Dan dalam riwayat Muslim yang lain: “Berwudulah dan siramlah kemaluanmu”.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

B. Sahabat yang Meriwayatkan Hadits Ini: Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib al Quraisy adalah khalifah keempat dan saudara sepupu Rasulullah ﷺ. Dia dilahirkan 10 tahun sebelum hijrah dan dididik di rumah Nabi ﷺ. Ali menjadi salah satu orang yang pertama kali beriman dan dia dinikahkan dengan putri Nabi ﷺ yaitu Fatimah. Nabi ﷺ menjadikannya sebagai penjaga keluarga beliau ketika beliau berangkat perang Tabuk (9 H). Ali Bin Abi Thalib termasuk salah satu sahabat yang dijamin masuk surga dan terkenal dengan keberanian dan kecerdasannya.

Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah setelah Utsman bin Affan pada akhir bulan Zulhijjah tahun 35 H, sebelum akhirnya dia syahid dibunuh Abdurrahman bin Muljim pada bulan Ramadan 40 H (af).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

C. Tema Hadits: Hukum madzi adalah najis (hl).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

D. Kosa Kata:

– Banyak mengeluarkan madzi (مَذَّاء): Madzi adalah cairan yang keluar dari kemaluan (laki-laki maupun perempuan) ketika sedang bersyahwat, dan ia keluar tanpa menyembur dan tanpa terasa nikmat bahkan keluarnya sering tidak terasa (bs)

– Miqdad bin Aswad (الْمِقْدَاد بْن الأَسْوَدِ): Miqdad bin Amru al Kindi, dinisbatkan kepada Aswad bin AbduYaghuts az Zuhri karena diangkat sebagai anaknya. Miqdad masuk Islam di masa awal, hijrah ke Habsyah dan Madinah, dan mengikuti perang Badar dan perang-perang berikutnya bersama Rasulullah ﷺ. Miqdad wafat pada tahun 33 H dan dimakamkan di Baqi’, Madinah (af)

– Dan siramlah kemaluanmu (وَانْضَحْ فَرْجَكَ): Na-dha-ḥa (نَضَحَ) biasanya berarti ‘memerciki dengan air’, tetapi di hadits ini artinya adalah ‘menyiram’ (bs).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

E. Makna Umum:

Ali Bin Abi Thalib adalah orang yang sering mengeluarkan madzi, dan dia pernah mengira bahwa hukumnya sama dengan mani (sama-sama mewajibkan mandi besar).

Untuk memastikannya, dia ingin bertanya kepada Rasulullah ﷺ, tetapi dia malu karena dia adalah menantunya beliau. Maka dia meminta dan agar menanyakannya, dan Rasulullah ﷺ pun menjawab bahwa madzi itu najis dan mewajibkan wudu (bukan mandi junub) (bs).

Redaksi ‘dan’ (huruf wawu) pada riwayat “Berwudulah dan siramlah kemaluanmu”  tidak menunjukkan urutan. Urutan yang berlaku adalah yang disebutkan dalam riwayat: “Cucilah kemaluanmu dan berwudulah” (br).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

F. Faidah Terkait Hadits Ini:

– Salah satu keutamaan Ali bin Abi Thalib adalah yang penentu Rasulullah ﷺ (br). Rasulullah ﷺ memuliakan 4 sahabat utama beliau dengan menjadikan Abu Bakar serta Umar sebagai mertua, dan Ali serta Utsman sebagai menantu

– Boleh menceritakan sesuatu yang memalukan tentang diri sendiri Jika ada maslahatnya (ut)

– Di antara bentuk adab adalah seseorang tidak membicarakan tentang urusan kemaluan dan syahwat di dekat kerabat istrinya (ut)

– Ali malu untuk bertanya langsung kepada Rasulullah ﷺ karena dia adalah menantu beliau dan, pertanyaannya berkaitan dengan hubungan seorang laki-laki dengan perempuan (br). Tetapi rasa malu tersebut tidak menghalanginya dengan cara meminta Miqdad bin Aswad untuk menanyakannya (ut)

– Malu yang tercela adalah malu yang membuat seseorang tidak mengatakan kebenaran atau tidak mendapatkan ilmu (hl)

– Mengeluarkan madzi termasuk hadats kecil yang mewajibkan wudu ketika akan salat (br)

– Madzi itu najis tetapi merupakan najis yang ringan. Oleh sebab, Rasulullah ﷺ hanya memerintahkan untuk memerciki baju yang terkena madzi dengan air:

يَكْفِيكَ بِأَنْ تَأْخُذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ، فَتَنْضَحَ بِهَا مِنْ ثَوْبِكَ، حَيْثُ تَرَى أَنَّهُ أَصَابَهُ

“Cukup bagimu untuk mengambil segenggam air, kemudian kamu percikkan ke bajumu hingga kamu melihat sudah mengenainya” (HHR Abu Dawud) (br)

– Buah zakar harus dicuci bersama kemaluan, dan mencucinya akan mendinginkannya (sd)

– Ada empat cairan yang keluar dari kemaluan (selain darah haid dan nifas wanita), yaitu air kencing, wadi, mani, madzi:

1. Air kencing (الْبَوْلُ), seluruh ulama sepakat bahwa ia najis

2. Wadi (الْوَدْيُ), cairan putih yang keluar setelah kencing. Status dan hukumnya seperti air kencing

3. Mani (الْمَنِيُّ), cairan putih pekat yang keluar dengan menyembur dan terasa nikmat. Mani itu suci (tidak najis)

4. Madzi (الْمَذْيُ), cairan biasanya keluar tanpa terasa, sebabnya adalah suhu panas dan syahwat. Status dan hukumnya seperti kencing (sd) meskipun tingkat kenajisannya lebih ringan

– Air kencing, wadi, dan madzi itu najis; dan keluarnya tiga jenis cairan ini adalah hadats kecil yang mewajibkan wudu. Adapun ani itu suci, tetapi keluarnya mani adalah hadats besar yang mewajibkan mandi.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

Referensi:

– sd, Abdurrahman as Sa’di: التعليقات على عمدة الأحكام، عبد الرحمن بن ناصر السعدي، الحديث الـ24

– br, Abdurrahman al Barrak: العدة في فوائد أحاديث العمدة، عبد الرحمن بن ناصر البراك، الحديث الـ25

– ut, Utsaimin: تنبيه الأفهام شرح عمد الأحكام، محمد بن صالح العثيمين، الحديث الـ24

– bs, Abdullah Bassam: تيسير العلام شرح عمدة الأحكام، عبد الله بن عبد الرحمن آل بسام، الحديث الـ23

– hl, Salim al Hilali: زبدة الأفهام بفوائد عمدة الأحكام، أبو أسامة سليم بن عيد الهلالي، الحديث الـ24

– af, Abdullah al Fauzan: مورد الأفهام في شرح عمدة الأحكام ج1، عبد الله بن صالح الفوزان، الحديث الـ27.

Related Articles

Leave a Comment