Imam tidak langusng berbalik menghadap ke arah makmum. Dan setelah menghadap ke arah makmum dia tidak diperintahkan untuk menghadap kiblat lagi.
📋 A. KAPAN IMAM MENGHADAP MAKMUM?
Setelah selesai salat berjamaah, imam tidak langsung berbalik menghadap makmum, tetapi terlebih dahulu membaca istighfar tiga kali dan Allâhumma Antas Salâm…dst. Setelah itu barulah dia berbalik ke arah makmum dan membaca dzikir-dzikir berikutnya.
Imam Ibnul Qayyimal Jauziyyah mengatakan:
“Apabila beliau ﷺ apabila telah mengucapkan salam, beliau beristighfar tiga kali dan membaca:
اللّٰهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
‘Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera, dan dariMu kesejahteraan. Maha Berkah (banyak kebaikan) Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan’ (HSR Muslim, dalam riwayat lain tanpa ‘yâ’, yaitu: …Tabârakta Dzal Jalâli wal Ikrâm).
Beliau tidak terus menghadap kiblat (setelah salam) kecuali sebatas mengucapkan bacaan tersebut. Beliau segera berpaling menghadap para makmum, dengan berbalik kanan ataupun kiri”.
Di antara hikmah imam menghadap ke makmum setelah salat selesai adalah karena haknya sebagai imam telah selesai. Selain itu, juga agar imam lebih mudah untuk menyampaikan sesuatu, serta lebih mudah mengetahui jika ada makmum yang tidak terlihat hadir.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📋 B. APAKAH KEMUDIAN IMAM MENGHADAP KIBAT (LAGI)?
Sebagian imam salat -setelah berdzikir dengan menghadap makmum- kembali menghadap kiblat untuk berdoa, dan menghadap kiblat (lagi) ini tidak perlu dilakukan karena Rasulullah ﷺ tidak pernah mencontohkannya.
Memang betul bahwa di antara adab doa dan dzikir adalah menghadap ke arah kiblat. Tetapi dalam hal doa dan dzikir ini telah dicontohkan secara spesifik oleh Rasulullah ﷺ untuk hanya menghadap makmum (membelakangi kiblat) setelah selesai salat berjamaah, berarti inilah cara terbaik. Ini sama seperti doa di akhir Khutbah Jumat, khatib tidak perlu menghadap kiblat (membelakangi makmum) karena Rasulullah ﷺ tidak memberi contoh demikian.
Adapun jika jamaah telah bubar, maka imam boleh menghadap ke arah kiblat (lagi) atau ke arah manapun.
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📚 Referensi:
– Fatḥ al Bârî bi Syarḥ Shaḥîḥ al Bukhâri karya al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani -cet. Dar Thaibah- III/89
– Zâd al Ma’âd fî Had-y Khayr al ‘Ibâd karya Imam Ibnul Qayyim al Jazuiyyah -cet. Muassasah ar Risalah- I/285-286
– islamqa.info/ar/answers/288774.
Share agar kamu dapat pahala jariyah
[Tulisan ini pertama kali diposting di grup WA, J051046040425].
