Home HaditsPenjelasan Hadits Penjelasan Umdatul Ahkam (Hadits Ke-27 & 28): Kencing Bayi Laki-laki

Penjelasan Umdatul Ahkam (Hadits Ke-27 & 28): Kencing Bayi Laki-laki

by Ustadz Ivana

-Dari 1. Kitab Thaharah, 4. Bab Tentang Madzi dan Lainnya-

1. كِتَابُ الطَّهَارَةِ – 4. بَابٌ فِي الْمَذْيِ وَغَيْرِهِ

A. Redaksi Hadits:

عَنْ أُمِّ قَيْسِ بِنْتِ مِحْصَنٍ الأَسَدِيَّةِ أَنَّهَا أَتَتْ بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ إلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَأَجْلَسَهُ فِي حِجْرِهِ، فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَنَضَحَهُ عَلَى ثَوْبِهِ وَلَمْ يَغْسِلْهُ

3/27. Dari Ummu Qais binti Mihshan radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia datang kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa bayi laki-lakinya yang belum makan, lalu mendudukkannya di pangkuan beliau. Ternyata bayi itu mengencingi pakaian beliau. Maka beliau minta air dan beliau memercikkannya ke baju beliau, dan tidak mencucinya” (HSR Bukhari dan Muslim).

وَعَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أُتِيَ بِصَبِيٍّ فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ إيَّاهُ. وَلِمُسْلِمٍ: فَأَتْبَعَهُ بَوْلَهُ وَلَمْ يَغْسِلْهُ

4/28. Dari Aisyah Umul mukminin radhiyallahu ‘anha, bahwasanya seorang bayi laki-laki dibawa kepada Nabi ﷺ, lalu bayi itu kencing dan mengenai baju beliau. Maka beliau meminta diambilkan air, lalu memercikkannya ke baju beliau (HSR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat Muslim: Beliau memercikkannya pada bekas kencing itu, dan tidak mencucinya.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

B. Sahabat yang Meriwayatkan Hadits Ini:

1. Ummu Qais binti Mihshan

Dia dalah saudarinya Ukkasyah bin Mihshan (sahabat yang terkenal karena minta didoakan Nabi ﷺ agar masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab). Ia masuk Islam di masa awal fase Mekah, berbaiat, dan hijrah ke Madinah. Ada yang mengatakan bahwa nama aslinya adalah Aminah (af).

2. Aisyah, biografiya sudah ditulis di pembahasan hadits no. 3.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

C. Tema Hadits: Cara membersihkan pakaian dari bensin bayi laki-laki (yang belum makan) (hl).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

D. Kosa Kata:

– Dengan membawa bayi laki-lakinya (بِابْنٍ لَهَا صَغِيرٍ): Nama bayinya tidak disebut, dan dia mati saat bayi. Saat bayinya mati dan jenazahnya dimandikan, Ummu Qays mengatakan: “Jangan kamu mandikan anakku dengan air dingin, nanti kamu membunuhnya!”. Hal itu diceritakan kepada Nabi ﷺ. Beliau tersenyum dan mengucapkan: “Semoga dipanjangkan umurnya”, makaUmmu Qays pun hidup dengan usia yang panjang (ut)

– Belum makan (لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ): Masih minum ASI saja (ut)

– Memercikkannya ke baju beliau, dan tidak mencucinya (فَنَضَحَهُ عَلَى ثَوْبِهِ وَلَمْ يَغْسِلْهُ): Hanya memercikkan air ke area bekas kencing, tanpa mengguyurkan air dan menggosok (ut).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

E. Makna Umum:

Para sahabat biasa membawa anak mereka kepada Nabi ﷺ untuk beliau tahnik (diberi kurma atau sejenisnya yang dilembutkan) dan beliau doakan. Beliau menggendong dan memangku mereka sebagai bentuk kasih sayang dan untuk menyenangkan keluarga mereka.

Di kedua hadis ini disebutkan bahwa ada dua bayi laki-laki yang dibawa kepada beliau, dan ternyata mereka mengompol di pakaian beliau. Beliau hanya memercikkan air ke area yang terkena kencing -tanpa menyiram air dan menggosoknya-, dan beliau tetap bersikap lembut dan tidak marah (ut).

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

F. Faidah Terkait Hadits Ini:

– Kebiasaan para sahabat membawa anak mereka kepada Nabi ﷺ untuk di-tahnik dan didoakan keberkahan (br)

– Kemuliaan akhlak Nabi ﷺ (ut)

– Kencing bayi laki-laki yang belum makan tetaplah najis, tetapi najisnya ringan. Sehingga, bekas kencingnya tidak harus dicuci, tetapi cukup dengan diperciki air saja (br). Adapun jika bayi laki-laki itu nanti sudah makan dengan syahwat, maka bekas kencingnya harus dicuci (sd)

– Adapun bekas kencing bayi perempuan (yang belum makan) harus dicuci. Hikmahnya adalah karena yang dari laki-laki lebih panas, dan ‘lebih panas’nya itu menurunkan tingkat kenajisannya (sd) dan lebih ringan bau pesingnya (af). Rasulullah ﷺ bersabda:

يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ، وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ

“Bekas kencing bayi perempuan dicuci, dan bekas kencing bayi laki-laki (yang belum makan) diperciki air” (HSR Abu Dawud dan Nasai)

– Kotoran (feses) bayi laki-laki adalah najis yang harus dicuci, berbeda dengan air kencingnya yang merupakan najis yang cukup diperciki air (af)

– “Maka beliau minta air” (فَدَعَا بِمَاءٍ), redaksi ini menunjukkan bahwa yang terbaik adalah segera membersihkan tempat yang terkena najis (af). Huruf fa` menunjukkan arti ‘segera’.

•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

Referensi:

– sd, Abdurrahman as Sa’di: التعليقات على عمدة الأحكام، عبد الرحمن بن ناصر السعدي، الحديث الـ26-27

– br, Abdurrahman al Barrak: العدة في فوائد أحاديث العمدة، عبد الرحمن بن ناصر البراك، الحديث الـ27-28

– ut, Utsaimin: تنبيه الأفهام شرح عمد الأحكام، محمد بن صالح العثيمين، الحديث الـ25

– af, Abdullah al Fauzan: مورد الأفهام في شرح عمدة الأحكام ج1، عبد الله بن صالح الفوزان، الحديث الـ29-30.

Related Articles

Leave a Comment